Asal-Usul
Aksara Jawa
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisEYehCPe6SYXAdCcp71Hwz9whLbwyPgN5sKvHo3T1L-_pYnP3-9Llefl_Q-xutlCrthFUTqDMetKAIlo8jDGZyHhzFIVRdpIpfHVLZg2VjbZLsxCFy7JxxKCaxWGM70GGJFyKXta-MfA/s320/Aj-ngtmbr.png)
Aksara
Jawa merupakan salah satu budaya yang ada di Indonesia. Kebudayaan ini tentunya
terdapat di Pulau Jawa. Aksara Jawa sering digunakan di Provinsi Jawa Tengah
dan Jawa Timur dalam kegiatan belajar mengajar pelajaran muatan lokal. Namun,
anak-anak zaman sekarang kurang tertarik dengan kebudayaan Indonesia yang satu
ini. Untuk itu, saya akan memberi informasi tentang asal-usul aksara Jawa yang
mungkin bisa membuat Readers tertarik untuk mempelajari aksara Jawa. Selamat
membaca……
Dikisahkan
ada seorang pemuda tampan yang sakti mandraguna, yaitu Ajisaka. Ajisaka tinggal
di pulau Majethi bersama dua orang punggawa (abdi) setianya yaitu Dora dan
Sembada. Kedua abdi ini sama-sama setia dan sakti. Suatu saat Ajisaka ingin
pergi meninggalkan pulau Majethi.
Dia menunjuk Dora untuk menemaninya
mengembara. Sedangkan Sembada, disuruh tetap tinggal di pulau Majethi. Ajisaka
menitipkan pusaka andalannya untuk dijaga oleh Sembada. Dia berpesan
supaya jangan menyerahkan pusaka itu kepada siapa pun, kecuali pada Ajisaka
sendiri.
Lain kisah,
di pulau Jawa ada sebuah kerajaan yang sangat makmur sejahtera yaitu kerajaan
Medhangkamulan. Rakyatnya hidup sejahtera. Kerajaan Medhangkamulan dipimpin
oleh seorang raja arif bijaksana bernama Dewatacengkar. Prabu Dewatacengkar
sangat cinta terhadap rakyatnya.
Pada suatu hari ki juru masak
kerajaan Medhangkamulan yang bertugas membuat makanan untuk prabu Dewatacengkar
mengalami kecelakaan saat memasak. Salah satu jarinya terkena pisau hingga
putus dan masuk ke dalam masakannya tanpa dia ketahui. Disantaplah makanan itu
oleh Dewatacengkar.
Dia merasakan
rasa yang enak pada masakan itu. Dia bertanya daging apakah itu. Ki juru masak
baru sadar bahwa dagingnya disantap Dewatacengkar dan menjawab bahwa itu adalah
daging manusia. Dewatacengkar ketagihan dan berpesan supaya memasakkan hidangan
daging manusia setiap hari. Dia meminta sang patih
kerajaan supaya mengorbankan rakyatnya setiap hari untuk dimakan.
Oleh karena
terus menerus makan daging manusia, sifat Dewatacengkar berubah 180 derajat.
Dia berubah menjadi raja yang kejam lagi bengis. Daging yang disantapnya
sekarang adalah daging rakyatnya. Rakyatnya pun sekarang hidup dalam ketakutan.
Tak satupun rakyat berani melawannya, begitu juga sang patih kerajaan.
Saat itu juga
Ajisaka dan Dora tiba di kerajaan Medhangkamulan. Mereka heran dengan keadaan
yang sepi dan menyeramkan. Dari seorang rakyat, beliau mendapat cerita kalau
raja Medhangkamulan gemar makan daging manusia. Ajisaka menyusun siasat. Dia
menemui sang patih untuk diserahkan kepada Dewatacengkar agar dijadikan
santapan. Awalnya sang patih tidak setuju dan kasihan. Tetapi Ajisaka
bersikeras dan akhirnya diizinkan.
Dewatacengkar
keheranan karena ada seorang pemuda tampan dan bersih ingin menyerahkan diri.
Ajisaka mengatakan bahwa dia mau dijadikan santapan asalkan dia diberikan tanah
seluas ikat kepalanya dan yang mengukur tanah itu harus Dewatacengkar. Sang
prabu menyetujuinya. Kemudian mulailah Dewatacengkar mengukur tanah. Saat
digunakan untuk mengukur, tiba-tiba ikat kepala Dewatacengkar meluas tak
terhingga.
Kain itu
berubah menjadi keras dan tebal seperti lempengan besi dan terus meluas
sehingga mendorong Dewatacengkar. Dewatacengkar terus terdorong hingga jurang
pantai laut selatan. Dia terlempar ke laut dan seketika berubah menjadi seekor
buaya putih. Ajisaka kemudian dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan.
Setelah
penobatan, Ajisaka mengutus Dora pergi ke pulau Majethi untuk mengambil pusaka
andalannya. Kemudian pergilah Dora ke pulau Majethi. Sesampai di pulau Majethi,
Dora menemui Sembada untuk mengambil pusaka. Sembada teringat akan pesan
Ajisaka saat meninggalkan pulau Majethi untuk tidak menyerahkan pusaka tersebut
kepada siapa pun kecuali kepada Ajisaka.
Dora yang
juga berpegang teguh pada perintah Ajisaka untuk mengambil pusaka memaksa
supaya pusaka itu diserahkan. Kedua abdi setia tersebut beradu mulut bersikukuh
pada pendapatnya masing-masing. Dan akhirnya mereka berdua bertempur. Pada
awalnya mereka berdua hati-hati dalam menyerang karena bertarung melawan
temannya sendiri. Tetapi pada akhirnya benar-benar terjadi pertumpahan darah.
Sampai pada titik akhir yaitu kedua abdi tersebut tewas dalam pertarungan
karena sama-sama sakti.
Berita
tewasnya Dora dan Sembada terdengar sampai Ajisaka. Dia sangat menyesal atas
kesalahannya yang membuat dua punggawanya meninggal dalam pertarungan. Dia
mengenang kisah kedua punggawanya lewat deret aksara. Berikut tulisan dan
artinya:
Ha Na
Ca Ra Ka
Ada sebuah kisah
Ada sebuah kisah
Da Ta
Sa Wa La
Utusan Satu Bersaudara
Utusan Satu Bersaudara
Pa Dha
Ja Ya Nya
Mereka sama-sama sakti
Mereka sama-sama sakti
Ma Ga
Ba Tha Nga
Dan akhirnya semua mati
Dan akhirnya semua mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar